Sejarah Desa Bukit
“Bukit” pada zaman itu adalah merupakan sebuah tempat dataran tinggi dimana pertama seorang perantau ( datangan ) bernama Bujang Sukar ( suku sunda ) yang bekerja di sebuah pabrik yang bernama WASNAR pengolahan kelapa sawit milik belanda ( sekarang SPN DODIK ). Pada tahun 1943 mula itulah desa bukit di tempati oleh seseorang bernama bujang sukar yang telah berhenti dari pabrik tempatnya bekerja, setelah beberapa bulan kemudian berdatangan teman/sahabat Bujang Sukar di daerah tersebut. Diantaranya adalah : Ahmad Karnen, pak idi, Kromo wiranu, kalsum, Ahmad Joyo dan warga lainya.
Nama Desa bukit itu diambil dari pertama kalinya seorang bernama Sukar membangun gubuk tempatnya bernaung di dataran yang sangat tinggi, oleh karena itulah hingga sekarang desa tersebut dinamai dengan Desa Bukit. Sebenarnya dataran tinggi yang dinamakan dengan bukit hanya satu tempat saja, tidak dijumpai perbukitan yang tinggi selain bukit yang di huni oleh bujang sukar beserta kawan-kawanya.
Lama perkembangannya setelah Indonesia merdeka maka bertambah pula penduduk disekitar perbukitan itu, karena tingkat pertambahan penduduk yang meningkat dengan perkembangan sosial budaya masyarakat yang semakin tinggi dengan norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan warga, maka Desa bukit telah beberapakali mengalami periode sejarah kepemimpinan sebagai berikut : Pemimpin yang pertama adalah Kalsum yang juga anggota partai PDI pada masa itu, Kalsum memegang tampuk pemerintahan dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1971 terhitung masa jabatan 21 tahun, pemerintahan yang kedua adalah dipimpin oleh Turah Darmowasito dan merupakan putra dari bapak Ahmad Karen, dari tahun 1971 sampai dengan tahun 1979, dalam pemerintahanya banyak kinerja yang beliau lakukan diantaranya adalah mengikis daerah yang tergolong dataran tinggi menjadi dataran yang bisa/mudah ditempuh dengan sepeda atau grobak saat itu, seperti misalnya dataran tinggi simpang bukit (sekarang ) tidak terlalu tinggi lagi seperti zaman itu yang konon tingginya hamper seperti mendaki gunung. Selain daripada itu kinerja putra dari bapak Ahmad karnen ini adalah timbulnya nama-nama dusun yang ikut di wilayah desa bukit seperti dusun jatimulyo, dusun karang rejo, dusun Dadi Rejo (dahulu) sekarang D2, kemudian dusun kampung baru. Kemudian adanya infrastruktur desa yaitu sekolah SD di desa bukit. Kemudian pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 di pimpin oleh Bapak Adun Karna seorang pendatang dari suku sunda yang sempat memimpin desa ini sampai 14 tahun berjalan, pada tahun berikutnya desa bukit dipimpin oleh bapak Samhudi Nata Saputra yang memimpin desa bukit dari tahun 1995 sampai dengan 2003, setelah lengser dari kepemimpinannya selama 10 tahun di desa bukit maka kepemimpinan Desa bukit di pegang oleh Bapak Edi Susanto dari tahun 2004 hingga saat ini.
(Di Tulis Oleh : Ahmad Solihin)
“Bukit” pada zaman itu adalah merupakan sebuah tempat dataran tinggi dimana pertama seorang perantau ( datangan ) bernama Bujang Sukar ( suku sunda ) yang bekerja di sebuah pabrik yang bernama WASNAR pengolahan kelapa sawit milik belanda ( sekarang SPN DODIK ). Pada tahun 1943 mula itulah desa bukit di tempati oleh seseorang bernama bujang sukar yang telah berhenti dari pabrik tempatnya bekerja, setelah beberapa bulan kemudian berdatangan teman/sahabat Bujang Sukar di daerah tersebut. Diantaranya adalah : Ahmad Karnen, pak idi, Kromo wiranu, kalsum, Ahmad Joyo dan warga lainya.
Nama Desa bukit itu diambil dari pertama kalinya seorang bernama Sukar membangun gubuk tempatnya bernaung di dataran yang sangat tinggi, oleh karena itulah hingga sekarang desa tersebut dinamai dengan Desa Bukit. Sebenarnya dataran tinggi yang dinamakan dengan bukit hanya satu tempat saja, tidak dijumpai perbukitan yang tinggi selain bukit yang di huni oleh bujang sukar beserta kawan-kawanya.
Lama perkembangannya setelah Indonesia merdeka maka bertambah pula penduduk disekitar perbukitan itu, karena tingkat pertambahan penduduk yang meningkat dengan perkembangan sosial budaya masyarakat yang semakin tinggi dengan norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan warga, maka Desa bukit telah beberapakali mengalami periode sejarah kepemimpinan sebagai berikut : Pemimpin yang pertama adalah Kalsum yang juga anggota partai PDI pada masa itu, Kalsum memegang tampuk pemerintahan dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1971 terhitung masa jabatan 21 tahun, pemerintahan yang kedua adalah dipimpin oleh Turah Darmowasito dan merupakan putra dari bapak Ahmad Karen, dari tahun 1971 sampai dengan tahun 1979, dalam pemerintahanya banyak kinerja yang beliau lakukan diantaranya adalah mengikis daerah yang tergolong dataran tinggi menjadi dataran yang bisa/mudah ditempuh dengan sepeda atau grobak saat itu, seperti misalnya dataran tinggi simpang bukit (sekarang ) tidak terlalu tinggi lagi seperti zaman itu yang konon tingginya hamper seperti mendaki gunung. Selain daripada itu kinerja putra dari bapak Ahmad karnen ini adalah timbulnya nama-nama dusun yang ikut di wilayah desa bukit seperti dusun jatimulyo, dusun karang rejo, dusun Dadi Rejo (dahulu) sekarang D2, kemudian dusun kampung baru. Kemudian adanya infrastruktur desa yaitu sekolah SD di desa bukit. Kemudian pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 di pimpin oleh Bapak Adun Karna seorang pendatang dari suku sunda yang sempat memimpin desa ini sampai 14 tahun berjalan, pada tahun berikutnya desa bukit dipimpin oleh bapak Samhudi Nata Saputra yang memimpin desa bukit dari tahun 1995 sampai dengan 2003, setelah lengser dari kepemimpinannya selama 10 tahun di desa bukit maka kepemimpinan Desa bukit di pegang oleh Bapak Edi Susanto dari tahun 2004 hingga saat ini.
(Di Tulis Oleh : Ahmad Solihin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar