Teks Berjalan

Selamat Datang di Blog Saya!, Blog ini sengaja dibuat untuk menyalurkan hobby saya menyampaikan informasi, andaikata ada yang kurang berkenan di hati, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, atas partisifasinya, saya ucapkan ribuan terimakasih, (Ttd : VILKADI)

Senin, 30 April 2012

Akibat Gorong-gorong Tersumbat, Warga Kebanjiran

Akibat Gorong-gorong Tersumbat, Warga Kebanjiran
BUKIT, WK : Hujan yang deras dan cukup lama, mengakibatkan Warga Tebing Dayat Desa Bukit Kecamatan Betung kebanjiran hingga mengakibatkan kerugian material bagi masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.
Seperti yang dialami Nangsir (39) warga tebing dayat desa Bukit, Nangsir mengalamai kerugian yang cukup besar, akibat banjir tersebut kolam ikan miliknya jadi kebanjiran hingga ikan patin dan ikan lele miliknya habis keluar dari kolamnya.
“Saya sangat rugi dengan kejadian ini, sebab seluruh ikan milik saya jadi hilang, belum juga saya sempat panen ikan patin dan lele milik saya, ikannya sudah habis terbawah air akibat kebanjiran, kerugian saya mencapai jutaan rupiah,” Ujar Nangsir (30/4).
Banjir yang disebabkan ditimbunnya gorong-gorong yang berada di jalan lintas timur tersebut membuat air yang seharusnya mengalir melalui gorong-gorong akhirnya jadi tersumbat, hingga mengakibatkan rumah-rumah disekitar gorong-gorong itu jadi ikut terendam banjir, dan mengakibatkan kerugian hingga puluhan juta rupiah.
Kerugian juga di alami Solihin (25) warga yang sama, seluruh peralatan komputer miliknya jadi rusak terendam banjir.
“Seluruh komputer milik saya jadi rusak, karena saya tidak sempat lagi untuk menyelamatkannya, sebab banjirnya mendadak saja, lagi pula malam tadi hujannya sangat deras, jadi saya tidak sempat lagi menyelamatkan komputer-komputer milik saya,” Beber Solihin Yang membuka warnet dikediamannya ini.
Menurut keterangan Suroso (35), juga warga sekitar, penyebab banjir adalah ditimbunnya gorong-gorong yang bolong akibat erosi oleh pihak yang diduga PU yang memperbaiki jalan.
“Dulunya kami tidak perna kebanjiran seperti ini, sebelum gorong-gorong itu ditimbun, baru kaliini kami kebanjiran seperti ini, kami berharap atas kejadian ini pemerintah dapat memberikan bantuan, karena kerugian yang kami alami cukup banyak, mulai dari banyaknya peralatan elektronik yang rusak, hingga kerugian yang lainnya,” Harap Suroso yang rumahnya terendam hingga sebatas pinggang orang dewasa.
Masyarakat berharap pemerintah dapat memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena musibah, juga pemerintah diharapkan dapat memberikan solusi untuk memperbaiki gorong-gorong yang tersumbat tersebut karena diisi oleh puluhan kubik batu koral oleh pihak yang diduga oleh PU tersebut.
(Vilkadi)

Minggu, 29 April 2012

Budaya Nusantara Harus Dilestarikan

Budaya Nusantara Harus Dilestarikan
BETUNG, WK : Semakin banyaknya hiburan-hiburan modern yang sudah merambah kemasyarakat pedesaan hingga kepelosok desa terpencil, mengakibatkan semakin berkurangnya kepedulian masyarakat akan budaya-budaya tradisional milik nusantara, antaralain budaya kuda kepang atau biasa juga disebut kuda lumping, hanya masyarakat suku jawa saja yang masih melestarikan budaya tersebut. Dengan semakin menipisnya kepedulian masyarakat akan seni budaya tersebut menggugah hati Ketua Bidang Seni Budaya Di Lembaga Pemerdayaan Masyarakat (LPM) Kelurahan Rimba asam Eddy Warman (55), Warga Rt 26 kelurahan rimba asam kecamatan betung kabupaten banyuasin sumatera selatan untuk melestarikan budaya nusantara tersebut.
Dengan membina empat Group Kuda Kepang yang ada di kecamatan betung yaitu Group Jaya Budaya, Group Langgeng Budoyo, Group Suko Budoyo dan Group Budi Mulyo. Eddy Warman berharap budaya nusantara yang diwarisi oleh nenek moyang terdahulu dan hanya ada satu-satunya di Indonesia ini tetap dikenal oleh masyarakat.
“Walaupun saya bukan dari suku jawa, namun saya terpanggil untuk melestarikan seni budaya milik
bangsa ini, karena siapa lagi yang akan menghargai seni budaya kita, kalau bukan kita sendiri sebagai warga Indonesia, warga asing saja mau belajar seni budaya kita Indonesia ini, apalagi kita sebagai warga Indonesia, jadi mempunyai kewajiban untuk melestarikan budaya kita sendiri,” Ujar Eddy Warman saat memberikan sambutan dalam acara syukuran kelahiran ketiga cucunya, (29/4).
Hal senada juga disampaikan Wakil Bupati Banyuasin, Drs. H.A. Rachman Hasan yang juga hadir sebagai tamu undangan dalam acara syukuran tersebut, menurutnya seni budaya bangsa merupakan budaya yang harus dilestarikan oleh warga Indonesia, juga Rachman Hasan mengaku bangga dengan warga kecamatan betung yang dapat menjaga hubungan yang harmonis antar suku dan agama yang ada di kecamatan betung.
“Saya sangat bangga dengan masyarakat yang ada di kabupaten banyuasin ini, khususnya yang berdomisili dikecamatan betung, karena dapat menjaga hubungan harmoni
s walaupun terdiri dari berbagai etnis suku dan agama,” Ujar Rachman Hasan dalam sambutannya mewakili tamu undangan.
Dalam kesempatan tersebut, Wakil bupati juga memberikan bantuan kepada empat group kuda kepang yang dibina oleh Eddy Warman, juga kesempatan itu dimanfaatkan foto bareng dengan wakil bupati oleh keempat group kuda kepang yang ada di kecamatan Betung tersebut.
(Vilkadi)

Sabtu, 28 April 2012

Sejarah Desa Lubuk Lancang

Sejarah Desa Lubuk Lancang


Desa Lubuk Lancang merupakan Desa yang cukup tua, yang keberadaan nya telah ada sejak zaman kerajaan mulai berkembang di pulau sumatera. Adapun tanggal atau tahun kelahiran Desa Lubuk Lancang secara resmi belum dapat ditentukan karena banyaknya kesimpangsiuran cerita / pendapat yang berkembang dimasyarakat tentang asal muasal Desa Lubuk Lancang.
Berdasarkan riwayat yang berkembang dan di wariskan secara turun temurun, asal usul Desa Lubuk Lancang adalah pusat Marga yaitu Marga Suak Tapeh kalau sekarang seperti Kecamatan. Kalaupun asal usul pendiri Desa Lubuk Lancang tidak begitu jelas, sepengetahuan warga setempat bahwa zaman dahulu Desa Lubuk Lancang dipimpin oleh seorang Pesirah.


Sedikit Kisah yang bisa dijadikan cerita asal usul Desa Lubuk Lancang adalah: “Dahulu kala ada sebuah Kapal Rejung bernama Lancang Mas, yang suka mampir keperairan Desa atau biasa disebut Lubuk. Pada Suatu hari ada seorang Tokoh masyarakat bermimpi, dalam mimpi nya mengatakan bahwa Rejung tersebut minta disembelihkan seekor Kambing Hitam / Kambing Kumbang oleh masyarakat. Maka beberapa Tokoh / petinggi Desa mengadakan musyawarah mengenai hal Ikhwal dari mimpi itu. Dari hasil musyawarah yang dilakukan masyarakat sepakat untuk menyembelih Anjing Hitam/ Anjing Kumbang, dikarnakan untuk menghidari sipat musyrik agar tidak berkembang di Desa tersebut.
Setelah dilakukannya penyembelihan Anjing hitam / Anjing kumbang maka kapal Rejung / Lancang Mas tersebut lari Kedaerah Dawas. Itulah sekelumit tentang asal usul Desa Lubuk Lancang, dari etimologi atau bahasa “LUBUK” Berarti Pelabuhan sedangkan “LANCANG” artinya Kapal”.
Dusun yang ada di wilayah Desa Lubuk Lancang berjumlah 6 buah Dusun dan 22 RT, 4 buah Dusun berada atau dilalui jalan provinsi sedangkan 2 Dusun yaitu Dusun Pandan dan Dusun Tanjung Menara merupakan Dusun terpencil, dan satu kawasan persawahan yaitu penjahitan, yang jarak tempuh dari pusat Desa Lubuk Lancang lebih kurang 46 KM.
Sejak diberlakukannya undang-undang No. 5 Tahun 1979 tentang Desa, maka Desa Lubuk Lancang berdiri sendiri (tidak lagi menjadi ibukota marga) dan sekarang Desa Lubuk Lancang telah berkembang pesat sehingga pada tahun 2011 Desa Lubuk Lancang telah resmi menjadi ibukota Kecamatan yang bernama Kecamatan Suak Tapeh.

(Di Tulis Oleh : Alpi Marwan)

Sejarah Desa Bukit









Sejarah Desa Bukit
“Bukit” pada zaman itu adalah merupakan sebuah tempat dataran tinggi dimana pertama seorang perantau ( datangan ) bernama Bujang Sukar ( suku sunda ) yang bekerja di sebuah pabrik yang bernama WASNAR pengolahan kelapa sawit milik belanda ( sekarang SPN DODIK ). Pada tahun 1943 mula itulah desa bukit di tempati oleh seseorang bernama bujang sukar yang telah berhenti dari pabrik tempatnya bekerja, setelah beberapa bulan kemudian berdatangan teman/sahabat Bujang Sukar di daerah tersebut. Diantaranya adalah : Ahmad Karnen, pak idi, Kromo wiranu, kalsum, Ahmad Joyo dan warga lainya.
Nama Desa bukit itu diambil dari pertama kalinya seorang bernama Sukar membangun gubuk tempatnya bernaung di dataran yang sangat tinggi, oleh karena itulah hingga sekarang desa tersebut dinamai dengan Desa Bukit. Sebenarnya dataran tinggi yang dinamakan dengan bukit hanya satu tempat saja, tidak dijumpai perbukitan yang tinggi selain bukit yang di huni oleh bujang sukar beserta kawan-kawanya.
Lama perkembangannya setelah Indonesia merdeka maka bertambah pula penduduk disekitar perbukitan itu, karena tingkat pertambahan penduduk yang meningkat dengan perkembangan sosial budaya masyarakat yang semakin tinggi dengan norma kehidupan masyarakat yang diatur berdasarkan tatanan pemerintahan warga, maka Desa bukit telah beberapakali mengalami periode sejarah kepemimpinan sebagai berikut : Pemimpin yang pertama adalah Kalsum yang juga anggota partai PDI pada masa itu, Kalsum memegang tampuk pemerintahan dari tahun 1950 sampai dengan tahun 1971 terhitung masa jabatan 21 tahun, pemerintahan yang kedua adalah dipimpin oleh Turah Darmowasito dan merupakan putra dari bapak Ahmad Karen, dari tahun 1971 sampai dengan tahun 1979, dalam pemerintahanya banyak kinerja yang beliau lakukan diantaranya adalah mengikis daerah yang tergolong dataran tinggi menjadi dataran yang bisa/mudah ditempuh dengan sepeda atau grobak saat itu, seperti misalnya dataran tinggi simpang bukit (sekarang ) tidak terlalu tinggi lagi seperti zaman itu yang konon tingginya hamper seperti mendaki gunung. Selain daripada itu kinerja putra dari bapak Ahmad karnen ini adalah timbulnya nama-nama dusun yang ikut di wilayah desa bukit seperti dusun jatimulyo, dusun karang rejo, dusun Dadi Rejo (dahulu) sekarang D2, kemudian dusun kampung baru. Kemudian adanya infrastruktur desa yaitu sekolah SD di desa bukit. Kemudian pada tahun 1979 sampai dengan tahun 1993 di pimpin oleh Bapak Adun Karna seorang pendatang dari suku sunda yang sempat memimpin desa ini sampai 14 tahun berjalan, pada tahun berikutnya desa bukit dipimpin oleh bapak Samhudi Nata Saputra yang memimpin desa bukit dari tahun 1995 sampai dengan 2003, setelah lengser dari kepemimpinannya selama 10 tahun di desa bukit maka kepemimpinan Desa bukit di pegang oleh Bapak Edi Susanto dari tahun 2004 hingga saat ini.
(Di Tulis Oleh : Ahmad Solihin)